Nasihat Keuangan yang Sering Dilupakan: Review Buku The Psychology of Money
- Tim Quarter
- Nov 21, 2022
- 3 min read
“The premise of this book is that doing well with money has little to do with how smart you are and a lot to do with how you behave. And behavior is hard to teach, even to really smart people.”
– The Psychology of Money, Morgan Housel
Artikel-artikel mengenai manajemen keuangan dan personal finance sudah pernah kita baca. Puluhan tips untuk mengatur keuangan pernah kita jalani setidaknya sekali. Mulai dari tips sesimpel aturan budgeting 50/30/20 hingga tracking pengeluaran melalui template excel yang rumit dan investasi di berbagai instrumen keuangan, semuanya seringkali berakhir dalam kegagalan atau inkonsistensi.
Sebenarnya, apa yang salah?

Melalui bukunya, The Psychology of Money, Morgan Housel memaparkan hasil risetnya mengenai apa yang selama ini luput dari perhatian kita mengenai manajemen keuangan: aspek psikologis dan perilaku individu.
“Financial success is not a hard science. It’s a soft skill,
where how you behave is more important than what you know.”
– The Psychology of Money, Morgan Housel
Apa saja yang dibahasnya? Mari kita bedah satu per satu!
1. Seseorang bertindak berdasarkan pengalamannya. Jangan membandingkannya dengan pengalamanmu.
Pernahkah kamu berpikir kenapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berisiko tinggi meskipun ada pilihan lain yang lebih aman dan nyaman? Atau mengapa seseorang dengan entengnya membelanjakan uangnya tanpa berpikir untuk menyisihkan sebagian untuk ditabung? Sebenarnya, kita tidak perlu memahami tingkat suku bunga untuk memahami mengapa seseorang selalu terjerat dalam utang. Satu yang perlu dipelajari adalah bagaimana keserakahan, insecurity, dan optimisme memengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan itu.
Tidak begitu penting untuk memahami matematika dan expected return pada investasi bila ingin memahami seseorang yang begitu ketakutan ketika instrumen investasinya mengalami bearish meskipun sangat kecil. Satu-satunya yang kamu butuhkan adalah membayangkan bagaimana penderitaan yang ia rasakan ketika menatap anggota keluarganya dan berpikir apakah kegiatan investasinya menghalangi masa depan keluarganya.
“We all think we know how the world works.
But we’ve all only experienced a tiny sliver of it.”
– The Psychology of Money, Morgan Housel
2. Privilese, keberuntungan, dan risiko senantiasa ada di sekitar kita
Dua orang yang berada dalam satu lingkungan yang sama dan dengan tujuan yang sama bisa saja memiliki takdir yang berlawanan. Mari kita ambil contoh Bill Gates dan sahabatnya, Kent Evans. Keduanya bekerja dalam proyek komputer yang sama di sekolah mereka, akan tetapi Kent Evans berakhir tewas ketika mendaki Gunung Shuksan di Washington pada umur 17 tahun, sementara Bill Gates kini dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Satu kelas yang diisi dengan anak orang-orang kaya sekaligus anak orang-orang miskin pun juga dapat memiliki akhir yang berbeda. Karenanya, satu nasihat keuangan yang sama tidak dapat diterapkan kepada dua orang tersebut.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa tidak semua kesuksesan disebabkan karena kerja keras, dan tidak semua kemiskinan berakar dari kemalasan. Privilese, keberuntungan, dan risiko selalu berdiri berdampingan.
3. Bila kamu tidak pernah merasa cukup, suatu hari nanti kamu akan kehilangan semuanya.
Satu hal yang paling sulit dilakukan dalam mengasah kemampuan keuangan adalah kemampuan untuk merasa cukup.Kapitalisme masa kini membuat kita lebih cepat untuk memupuk kekayaan, tapi sebaliknya juga lebih mudah untuk menimbun rasa iri. Keinginan untuk melampaui teman-teman sebaya mungkin adalah hal yang sangat memotivasi kita, akan tetapi hidup tak akan berubah menjadi menyenangkan tanpa adanya rasa cukup.
Terus membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah perang yang tak akan bisa dimenangkan oleh siapapun, atau satu-satunya cara untuk memenangkannya adalah dengan tidak membanding-bandingkan sejak awal. Belajarlah untuk menerima bahwa apa yang kamu punya saat ini sudah cukup, meskipun jumlahnya lebih sedikit atau lebih rendah dari orang-orang sekitarmu.
“Reputation is invaluable. Freedom and independence are invaluable. Family and friends are invaluable. Being loved by those who you want to love you is invaluable. Happiness is invaluable. And your best shot at keeping these things is knowing when it’s time to stop taking risks that might harm them. Knowing when you have enough.”
– The Psychology of Money, Morgan Housel
Tiga hal ini adalah sebagian kecil dari banyak poin dan nasihat yang tertuang dalam buku The Psychology of Money. Melalui beberapa poin ini, ternyata fondasi dari manajemen keuangan adalah pola pikir (mindset) dan bukan lewat teknikal dan tips budgeting.
Apakah kamu sudah mengubah pola pikirmu dalam melakukan manajemen keuangan?
Comments