Profil Warren Buffet: Value Investor Tersukses
- Muhammad Fakhri Mujahidul
- Dec 14, 2022
- 3 min read

Dikenal sebagai "Oracle of Omaha," Warren Buffett adalah seorang guru investasi dan salah satu pengusaha terkaya dan paling dihormati di dunia. Ia menunjukkan kemampuan bisnis yang tajam sejak usia muda melalui Buffett Partnership Ltd yang didirikannya pada 1956.
Pada 1965, ia mengambil alih kendali Berkshire Hathaway. Melalui bisnis ini, ia “mengawasi” pertumbuhan ekonomi dengan kepemilikan perusahaan di berbagai industri, seperti media, asuransi, energi, serta makanan dan minuman.
Menghasilkan Sejak Muda
Warren Edward Buffett lahir pada 30 Agustus 1930, dari ibunya Leila dan ayahnya Howard, seorang pialang saham yang menjadi Anggota Kongres AS. Warren sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam hal uang dan bisnis sejak usia yang sangat dini. Bakatnya menghitung kolom angka hanya dengan membayangkannya dalam kepala bahkan masih membuat rekan bisnisnya takjub sampai saat ini.
Pada usia enam tahun, Warren sudah belajar menghasilkan uang sendiri dengan bekerja part-time. Lima tahun kemudian, Buffett mengambil langkah pertamanya ke dunia keuangan dengan serius. Ia masuk ke pasar saham saat berusia 11 tahun, dengan membeli tiga saham Cities Service Preferred seharga 38 dollar AS (kini senilai Rp 532.760). Saham itu sempat turun nilainya, namun Warren kecil yang masih ragu memutuskan untuk tetap mempertahankan saham tersebut.
Begitu harga kembali naik dan menunjukkan margin kecil keuntungan dari pembelian awalnya, ia langsung menjual sahamnya. Keputusan itu disesalinya kemudian, karena saham tersebut melejit hingga 5 kali lipat setelah itu. Baginya, pengalaman ini memberi pelajaran dasar dalam berinvestasi, yaitu kesabaran.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah pada 1947, awalnya Buffet tidak berniat melanjutkan kuliah. Pasalnya di usia 17 tahun, ia sudah mampu menghasilkan ribuan dollar dari bisnis pengiriman koran. Namun, ayahnya punya rencana lain dan mendesak Warren untuk bersekolah di Wharton Business School di University of Pennsylvania. Disana ia hanya bertahan dua tahun, karena menurutnya ia tahu lebih banyak daripada professornya. Warren akhirnya pindah ke Universitas Nebraska-Lincoln. Meski bekerja penuh waktu, ia berhasil lulus hanya dalam tiga tahun!
Bertemu Sang Mentor
Sempat ditolak di Harvard Business School karena terlalu muda, Warren akhirnya mengambil pendidikan pasca sarjana di Columbia University. Disana ia bertemu investor terkenal Ben Graham dan David Dodd, yang kemudian mengubah hidupnya selamanya. Filosofi Graham meresap ke dalam sebagian besar keputusan bisnis yang dibuat oleh Warren selama lebih dari 40 tahun sejak mereka pertama kali bertemu. Pada dasarnya, teori “value investing” atau investasi berdasarkan nilai yang dikembangkan oleh Graham mendorong para investor untuk mencari saham yang dijual di bawah "nilai intrinsik”-nya. Ini adalah teori yang cukup sederhana, tetapi memerlukan banyak penelitian tentang suatu perusahaan untuk memperkirakan nilai intrinsiknya.
Membangun Keuntungan Besar
Warren memutuskan untuk meninggalkan Omaha dan bergabung dengan firma investasi Graham di Wall Street pada 1954. Di sana ia dapat melihat langsung pekerjaan mentornya. Tapi, pada akhirnya Graham menutup perusahaan investasinya pada 1956 dan Warren memutuskan untuk meninggalkan New York. Ketika ia kembali ke Omaha, anggota keluarganya meminta nasihat-nasihat finansial dari dirinya, sehingga ia mendirikan kemitraan investasi, Buffett Partnership Ltd.
Menurut New York Times Magazine, Warren sering berkata kepada para investornya, "Saya akan menjalankannya seperti menjalankan uang saya sendiri, dan saya akan mengambil bagian dari kerugian dan sebagian dari keuntungan. Tapi saya tidak akan memberitahu Anda apa yang aku lakukan." Meskipun ia tidak memberitahukan metode investasi yang ia gunakan, laba akhir Warren jelas tercatat selama 13 tahun berikutnya di Buffett Partnership Ltd. Ia menghasilkan pengembalian tahunan gabungan 29,5% dari USD 105.000 milik investornya. Lalu 13 tahun kemudian, kemitraan itu menjadi bernilai USD 105 juta (kini senilai Rp 1,5 triliun), dan kepemilikan Warren senilai USD 25 juta dollar (kini senilai Rp 350 miliar).
Tak Selalu Untung
Meskipun rekor investasi Warren menakjubkan dan memperolah banyak pujian, strategi yang ia gunakan tidak selalu berhasil. Salah satu kesalahan terbesar Warren adalah ketika membeli Disney dengan harga rendah dan kemudian menjualnya dengan keuntungan kecil, padahal harga saham tersebuh meningkat drastis beberapa tahun setelahnya. Ia juga pernah membeli saham USAir senilai 358 juta dollar (kini senilai Rp 5,4 triliun), namun tidak berujung pada kesuksesan. Mengutip Fortune, ia memperingatkan sekelompok mahasiswa bisnis di Columbia: "Jangan berinvestasi di maskapai penerbangan."
Nah, belajar dari pengalaman Warren Buffet, kita bisa menyimpulkan kalau ketekunan dan kesabaran merupakan kemampuan yang paling penting dalam berinvestasi! Selanjutnya bahas investor siapa lagi nih?!
Quarter, Your one – stop personal financing platform !
On our way to create financially-literate Indonesians.
Comments